Menjelaskan Persoalan Tomcat Pulau Bali mulai diserang tomcat. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, satu orang positif terserang tomcat di Kabupaten Buleleng. Sementara satu bocah di kawasan Kuta Selatan dilaporkan menderita gejala mirip terkena cairan serangga yang populer disebut rove beetle itu.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Nyoman Sutedja menjelaskan, pihaknya telah membentuk tim pemantau tomcat. “Mereka diharapkan turun ke warga menjelaskan tentang tomcat itu sendiri dan upaya pencegahannya. Tim kita sekarang ada di seluruh desa dan kelurahan di seluruh Bali,” kata Sutedja di Kantor Gubernur Bali, Senin 26 Maret 2012.
Hama tomcat, jelas Sutedja, sejatinya sudah sejak lama ada di Bali. Ia menyerang manusia lantaran predatornya berkurang dan terjadinya penyempitan lahan. Perubahan iklim, sambung Sutedja, turut memberi andil serangan hama tomcat kepada manusia.
“Sehingga keberadaan tomcat sangat berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Makanya masyarakat kena,” ungkap dia.
Populasi tomcat di Bali, menurut Sutedja bisa bertambah banyak kemungkinan karena adanya kiriman hama itu dari Pulau Jawa. “Banyak truk dari Pulau Jawa. Kalau malam, bisa saja mereka terbang mengkuti cahaya lampu truk itu yang akhirnya singgah di Bali,” ulas dia.
Upaya pencegahannya jika tertempel tomcat, imbuh Sutedja, cukup ditiup saja. “Jangan diusap pakai tangan, karena berbahaya untuk kulit. Kalau masuk rumah cukup semprot obat pembasmi serangga. Kalau malam, lampu di rumah diolesi cairan pedas,” terang Sutedja.
Sutedja pun mengaku sudah menyiagakan seluruh puskesmas di Bali untuk menyiapkan serangga yang bisa membuat kulit melepuh itu. “Sekarang di seluruh puskesmas sudah menyiapkan obat jika terserang tomcat,” tutur dia.
Sudah banyak korban yang kulitnya gatal dan melepuh gara-gara cairan serangga ini, dari Jawa hingga Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Tomcat juga tak memilih korban. Dari rumah susun sampai permukiman elit. Dari warga biasa hingga staf khusus Presiden. Bahkan, kediaman resmi Gubernur Jawa Timur, Gedung Grahadi, Jumat 23 Maret 2012, disemprot insektisida, untuk menangkal tomcat. Kumbang ini bahkan pernah membuat pusing tentara AS Menjelaskan Persoalan Tomcat
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Nyoman Sutedja menjelaskan, pihaknya telah membentuk tim pemantau tomcat. “Mereka diharapkan turun ke warga menjelaskan tentang tomcat itu sendiri dan upaya pencegahannya. Tim kita sekarang ada di seluruh desa dan kelurahan di seluruh Bali,” kata Sutedja di Kantor Gubernur Bali, Senin 26 Maret 2012.
Hama tomcat, jelas Sutedja, sejatinya sudah sejak lama ada di Bali. Ia menyerang manusia lantaran predatornya berkurang dan terjadinya penyempitan lahan. Perubahan iklim, sambung Sutedja, turut memberi andil serangan hama tomcat kepada manusia.
“Sehingga keberadaan tomcat sangat berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Makanya masyarakat kena,” ungkap dia.
Populasi tomcat di Bali, menurut Sutedja bisa bertambah banyak kemungkinan karena adanya kiriman hama itu dari Pulau Jawa. “Banyak truk dari Pulau Jawa. Kalau malam, bisa saja mereka terbang mengkuti cahaya lampu truk itu yang akhirnya singgah di Bali,” ulas dia.
Upaya pencegahannya jika tertempel tomcat, imbuh Sutedja, cukup ditiup saja. “Jangan diusap pakai tangan, karena berbahaya untuk kulit. Kalau masuk rumah cukup semprot obat pembasmi serangga. Kalau malam, lampu di rumah diolesi cairan pedas,” terang Sutedja.
Sutedja pun mengaku sudah menyiagakan seluruh puskesmas di Bali untuk menyiapkan serangga yang bisa membuat kulit melepuh itu. “Sekarang di seluruh puskesmas sudah menyiapkan obat jika terserang tomcat,” tutur dia.
Sudah banyak korban yang kulitnya gatal dan melepuh gara-gara cairan serangga ini, dari Jawa hingga Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Tomcat juga tak memilih korban. Dari rumah susun sampai permukiman elit. Dari warga biasa hingga staf khusus Presiden. Bahkan, kediaman resmi Gubernur Jawa Timur, Gedung Grahadi, Jumat 23 Maret 2012, disemprot insektisida, untuk menangkal tomcat. Kumbang ini bahkan pernah membuat pusing tentara AS Menjelaskan Persoalan Tomcat
20.24 | 0
komentar | Read More